Minggu, 03 Januari 2016

Biarkanlah Kumenyembah

this is my favorite song to begin this year

Engkau tahu dihatiku
Ada sejuta rindu
Tuk selalu bersamaMu Yesusku
Ijinkanku menyenangkan hatiMu
Lewat nyanyian hatiku

Reff :
Biarkanlah kumenyembah
Walau tak dengan puisi yang indah
Biarkanlah kumenyembah
Memberikan hati ini
Ku berserah
Dengan penuh
Kasih sayang
Biarkan Tuhan aku
Menyembah

The End of 2015 and The Beginning of 2016

Tepat pada malam tahun baru rasanya bahagia menyelimuti diri, lekuk senyum terbentuk diwajah ini, tidak berhenti-hentinya tersenyum karena tidak sabar menanti sore hari, sebelum malam tahun baru aku sudah menyusun beberapa kegiatan bersama sang kekasih tentunya. Ketika tiba harinya rasanya sangat senang bahkan tidak dapat dungkapkan dengan kata-kata, aku bersiap merias diri untuk menyambut tahun yang baru serta berharap dimalam terakhir ditahun 2015 ini ada sesuatu yang berkesan.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 sambil menanti jemputan, aku beberapa kali melirik kearah kaca yang ada didepan kaca, centil mungkin tapi aku hanya ingin melihat lagi apakah ada yang kurang, atau terlalu berlebihankah aku hari ini, namun rasanya semua sudah pas. Ketika jarum jam menunjukkan pukul 17.00 pagar rumah pun terbuka, sianak berkaki empat berlari kearah pintu dengan buntutnya yang bergoyang siap menyambut sang tamu yang akan membawa ku pergi, hah senang rasanya akan segera melangsungkan rencana yang telah kubuat berhari-hari sebelumnya. Akhirnya setelah dia masuk dan meminta ijin untuk pergi kepada mama, kamipun berangkat dengan kendaraan kesayangan yang sudah menemani kami hampir 7tahun lamanya, mesin motor dinyalakan dan kami pun sudah melaju melewati rumah demi rumah, jalanan demi jalanan. 
Dan sampailah kami ditempat tujuan, dengan agak curiga karena ternyata tempat yang kami kunjungi dijaga sangat ketat, lalu ada satu petugas yang bertanya kepada kami dengan tidak sopannya, dannn saat itulah mood yang sangat baik ini akhirnya hancur seketika karena ketidak sopanan seseorang yang menegur kami, akhirnya kami memarkirkan kendaraan kami, dan kami harus berjalan cukup jauh untuk sampai ke restoran tersebut, rasanya air mata ku sudah dipelupuk mata saking kesalnya dengan petugas yang tidak sopan tadi. 
Ketika sampai direstoran tersebut ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi kami, dengan kecewa yang campur aduk akhirnya kami batal untuk makan ditempat tersebut dan berjalan kembali ketempat kami memarkiran kendaraan kami. sepanjang jalan rasanya air mata tidak dapat lagi aku bendung, layaknya anak kecil yang tidak mendapatkan permen aku menangis sejadinya karena rasa kesal dan kecewa yang aku rasakan.
Ketika kami sudah menaiki kendaraan kami, kamipun berdiskusi untuk menggunakan rencana B, dan kamipun berangkat kesalah satu tempat wisata di Jakarta untuk dapat kesalah satu restaurant disana. Ketika sampai kamipun masuk dan melewati kerumunan banyak orang untuk sampai ketempat yang sudah menjadi tujuan kami, namun rasa curiga bergelayut dihati, ternyata keresahan hati kamipun terjawab kendaraan tidak dapat menembus kerumunan karena jalanan sudah ditutup!!!!! Kamipun gagal melakukan rencana B, dan akhirnya kami makan ditempat biasa kami makan, bukan tempat yang jelek, tempat biasa kami makan memang tempat yang baik dan bagus, namun rasanya sangat sulit menghilangkan rasa kecewa ini karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan rencana,

Pada keesokan harinya tepat pada tanggal 1 Januari 2016, kami sudah sepakat untuk pergi kesalah satu tempat rekreasi didaerah Jakarta, ketika kami melalui jalan demi jalan dan gedung demi gedung ternyata banyak hal yang belum kami ketahui, dengan senang kami berangkat dengan harapan perjalanan hari ini akan menyenangkan, singkat cerita kami sampai ditempat tujuan dengan kelelahan yang luar biasa, sehingga tidak dapat menikmati tempat rekreasi tersebut, perasaan kecewaan pun muncul walau tidak sekecewa kemarin, namun rasanya lelah sekali. Kami seperti mengakhiri tahun 2015 dan mengawali tahun 2016 dengan tidak baik.

Singkat cerita kamipun pulang, sebelum pulang kami merasa sangat kelaparan, akhirnya kami memutuskan untuk makan disalah satu mall yang ada di Jakarta, kami memilih makan ayam dengan berlabel beruang. Saat sedang asyik menikmati makan  sambil berbincang datang seorang bapak bersama istri dan anaknya, dia membawa satu ayam dengan satu nasi dan satu kentang, makanan itu mereka bagi tiga. Si bapak memotong ayamnya kecik-kecil dan diberikan kepada anak dan istrinya, nasinya pun mereka bagi-bagi, dan pada saat itu banyak orang memperhatikan mereka. Ketika menyaksikan hal tersebut rasanya sakit sekali hati ini, semalam rasanya aku mengeluh karena kecewa semua rencana gagal seolah-olah dunia hancur, sedangkan ada orang diluar sana yang kurang beruntung dari aku. Air mata rasanya ingin keluar, dada ini rasanya sesak dan perih, dan bibir tidak mampu berucap, nafsu makan hilang, segala kekecewaan rasanya hilang, rasanya ingin menampar diri sendiri, mengapa egoisnya diri ini marah dan kecewa karena ada hal yang tidak sesuai rencana, padahal banyak diluar sana yang tetap dapat tersenyum ketika mereka tidak dapat makan enak dimalam tahun baru.

Saat itu aku sadar Tuhan memakai cara yang sangat sederhana untuk mengingatkanku betapa beruntungnya hidupku, hari itu aku tahu apa itu "bersyukur"  hari itu juga aku sadar bahwa aku tidak bisa hanya mengasihani diri sendiri, mereka memerlukan kita yang memiliki segalanya. Pada akhir tahun 2015 dan awal tahun 2016 aku sudah diberikan satu lagi pelajaran berharga.

Pada akhirnya setiap hari dalam hidup ini akan selalu ada sebuah pelajaran, pada akhirnya yang dunia ini butuhkan adalah "Kasih" dan setiap orang harus dapat bersyukur atas apa yang mereka miliki.

"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini  kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.
-1 Yohanes 4:19-21

2015 ...


Daun-daun berguguran melambai dan berbisik hangat
Tiupan angin memanjakan kulit dengan tiap sentuhannya
Aku tertunduk dan melihat setiap tetesan air jatuh membasahi bumi
Angin kembali membisikkan dan memecahkan keheningan
Keheningan yang terus menggelegar dalam diri
kutipan tiap kutipan yang terlintas dipikiran membahana
kusentuh pipi yang tak dapat berbicara
kusentuh hati ini yang bergetar
hanya keheningan ....
Bintang kembali bersinar menemaniku
kegelapan melengkapi keheningan yang tak berujung
kupejamkan mata ini dan merasakan setiap moment yang terbentuk didalam pikiran
waktu menjadi sebuah melody dari setiap moment
kesedian...
canda tawa ...
kehilangan ...
kepahitan ...
berkumpul menjadi satu
terlalu erat menggenggap
terlalu sakit untuk dirasakan
kehidupan ........

               Malam ini menjadi malam yang mengingatkan ku akan hari-hari yang berlalu ditahun 2015, malam ini menjadi sebuah sejarah bahwa akan selalu ada kesediha serta kebahagiaan yang menjadi bagian dari sebuah cerita kehidupan yang terbungkus indah.
Detik demi detik menjelang pergantian tahun terus berputar dan tidak akan berhenti atau terulang, kenangan seperti butiran-butiran salju yang jatuh menyelimuti bumi yang memutih dan hanya akan dapat dikenang dan terekam dalam memori dan tersimpan rapi dalam bingkisan-bingkisan yang menjulang tinnggi yang tanpa dapat disadari.

            Masih kental ingatan dalam benak ini bagaimana hari demi hari yang kulalui ditahun 2015.  Tahnun 2015 diawali dengan kesediha, dimana rumah sakit menjadi tempat yang setiap pagi harus kudatangi karena mengantar opa tercinta uuntuk berobat, setiap pagi sepanjang awal tahun 2015 aku menghabiskan waktu dirumah sakit, melihat orang-orang ramai berbondong-bondong datang mengantri seperti aku, dengan wajah letih mereka, dengan keadaan mereka yang tidak baik. Sakit dan miris rasanya melihat mereka yang berobat tanpa ditemani anak atau keluarga mereka, dan dengan keadaan ekonomi mereka yang sepertinya pas-pasan, sempat beberapa kali air mata ini jatuh mengalir. Diawal tahun 2015 itu aku tahu bahwa aku lebih beruntung dari mereka diluar sana dan kewajibanku bukanlah mengeluh melainkan mengucap syukur. dipertengahan tahun 2015 akhirnya aku dan keluarga ditinggal pergi untuk selamanya oleh opa tercinta. Ketika opa telah tiada disinilah aku tahu bahwa opa adalah sosok panutan yang sesungguhnya (surat untuk opa).

            Pada detik-detik terakhir opa, aku berusaha dan berjuang agar opa dapat kembali kepada Tuhan Yesus, dan terus mengingatkan opa kepada kasih mula-mulanya hingga pada akhir hidupnya opa kembali dalam pelukkan Tuhan Yesus, pada moment itulah air mata terus berlinang karena setidaknya aku berhasil membawa satu anggota keluarga ku untuk diselamatkan. Tidak sampai disitu kebaikan Tuhan atas opa dan keluarga ku, pada saat opa telah tiada keluarga baru dikomunitas baru ku berbondong-bondong tiada hentinya memberikan ku semangat. dan hari demi hari sejak kepergian opa, aku dapat memperlihatkan kepada orang banyak bahwa kasih Yesus tidak pernah sia-sia, sekalipun opa orang yang tertutup, namun masih banyak orang yang perduli dan bahkan rumah duka sesak dan ramai oleh orang-orang yang datang berbondong-bondong untuk memberikan support kepada aku dan keluarga. Tidak disangka orang-orang yang baru aku kenal dalam komunitas baruku menjadi seperti keluarga yang bertahun-tahun sudah kukenal.

            Tahun 2015 memang memberikanku banyak sekali pelajaran, ditahun 2015 aku belajar bagaimana aku harus bersyukur, aku juga belajar membedakan mana sahabat dan mana bukan, aku belajar bahwa kita tidak dapat mengandalkan manusia karena pada akhirnya akan mengecewakan, aku belajar bahwa sebuah organisasi berkedok “gereja” tidaklah selamanya membangun, yang membangun dirimu adalah dirimu sendiri dan Tuhan. Kita tidak dapat mengandalkan orang lain, tidak selamanya sebuah tempat ibadah adalah tempat yang nyaman untuk kita menunjukkan siapa diri kita, ditahun 2015 juga aku belajar bagaimana menghargai mahkluk ciptaan Tuhan, ditahun ini aku belajar bahwa yang terpenting diatas segalanya adalah “MENGASIHI DENGAN TULUS”, Tuhan telah mengasihi kita terlebih dahulu dengan tulus maka kewajiban kita adalah membagikan kasih yang sudah kita terima kepada orang lain. Bayangkan dunia ini tanpa kasih? saat-saat ini saja kasih sudah mulai dilupakan oleh sebagian manusia yang mengaku berakal budi. Mengasihi tidak merugikan, sekalipun harus berbeda dengan dunia ini, maka lakukanlah, karena menjadi berbeda tidak pernah salah dan mengasihi akan selalu menyenangkan.

            Terima kasih untuk perjalanan yang luar biasa ditahun 2015 ....

            Selamat datang tahun yang baru ... 2016 ...