Minggu, 03 Januari 2016

2015 ...


Daun-daun berguguran melambai dan berbisik hangat
Tiupan angin memanjakan kulit dengan tiap sentuhannya
Aku tertunduk dan melihat setiap tetesan air jatuh membasahi bumi
Angin kembali membisikkan dan memecahkan keheningan
Keheningan yang terus menggelegar dalam diri
kutipan tiap kutipan yang terlintas dipikiran membahana
kusentuh pipi yang tak dapat berbicara
kusentuh hati ini yang bergetar
hanya keheningan ....
Bintang kembali bersinar menemaniku
kegelapan melengkapi keheningan yang tak berujung
kupejamkan mata ini dan merasakan setiap moment yang terbentuk didalam pikiran
waktu menjadi sebuah melody dari setiap moment
kesedian...
canda tawa ...
kehilangan ...
kepahitan ...
berkumpul menjadi satu
terlalu erat menggenggap
terlalu sakit untuk dirasakan
kehidupan ........

               Malam ini menjadi malam yang mengingatkan ku akan hari-hari yang berlalu ditahun 2015, malam ini menjadi sebuah sejarah bahwa akan selalu ada kesediha serta kebahagiaan yang menjadi bagian dari sebuah cerita kehidupan yang terbungkus indah.
Detik demi detik menjelang pergantian tahun terus berputar dan tidak akan berhenti atau terulang, kenangan seperti butiran-butiran salju yang jatuh menyelimuti bumi yang memutih dan hanya akan dapat dikenang dan terekam dalam memori dan tersimpan rapi dalam bingkisan-bingkisan yang menjulang tinnggi yang tanpa dapat disadari.

            Masih kental ingatan dalam benak ini bagaimana hari demi hari yang kulalui ditahun 2015.  Tahnun 2015 diawali dengan kesediha, dimana rumah sakit menjadi tempat yang setiap pagi harus kudatangi karena mengantar opa tercinta uuntuk berobat, setiap pagi sepanjang awal tahun 2015 aku menghabiskan waktu dirumah sakit, melihat orang-orang ramai berbondong-bondong datang mengantri seperti aku, dengan wajah letih mereka, dengan keadaan mereka yang tidak baik. Sakit dan miris rasanya melihat mereka yang berobat tanpa ditemani anak atau keluarga mereka, dan dengan keadaan ekonomi mereka yang sepertinya pas-pasan, sempat beberapa kali air mata ini jatuh mengalir. Diawal tahun 2015 itu aku tahu bahwa aku lebih beruntung dari mereka diluar sana dan kewajibanku bukanlah mengeluh melainkan mengucap syukur. dipertengahan tahun 2015 akhirnya aku dan keluarga ditinggal pergi untuk selamanya oleh opa tercinta. Ketika opa telah tiada disinilah aku tahu bahwa opa adalah sosok panutan yang sesungguhnya (surat untuk opa).

            Pada detik-detik terakhir opa, aku berusaha dan berjuang agar opa dapat kembali kepada Tuhan Yesus, dan terus mengingatkan opa kepada kasih mula-mulanya hingga pada akhir hidupnya opa kembali dalam pelukkan Tuhan Yesus, pada moment itulah air mata terus berlinang karena setidaknya aku berhasil membawa satu anggota keluarga ku untuk diselamatkan. Tidak sampai disitu kebaikan Tuhan atas opa dan keluarga ku, pada saat opa telah tiada keluarga baru dikomunitas baru ku berbondong-bondong tiada hentinya memberikan ku semangat. dan hari demi hari sejak kepergian opa, aku dapat memperlihatkan kepada orang banyak bahwa kasih Yesus tidak pernah sia-sia, sekalipun opa orang yang tertutup, namun masih banyak orang yang perduli dan bahkan rumah duka sesak dan ramai oleh orang-orang yang datang berbondong-bondong untuk memberikan support kepada aku dan keluarga. Tidak disangka orang-orang yang baru aku kenal dalam komunitas baruku menjadi seperti keluarga yang bertahun-tahun sudah kukenal.

            Tahun 2015 memang memberikanku banyak sekali pelajaran, ditahun 2015 aku belajar bagaimana aku harus bersyukur, aku juga belajar membedakan mana sahabat dan mana bukan, aku belajar bahwa kita tidak dapat mengandalkan manusia karena pada akhirnya akan mengecewakan, aku belajar bahwa sebuah organisasi berkedok “gereja” tidaklah selamanya membangun, yang membangun dirimu adalah dirimu sendiri dan Tuhan. Kita tidak dapat mengandalkan orang lain, tidak selamanya sebuah tempat ibadah adalah tempat yang nyaman untuk kita menunjukkan siapa diri kita, ditahun 2015 juga aku belajar bagaimana menghargai mahkluk ciptaan Tuhan, ditahun ini aku belajar bahwa yang terpenting diatas segalanya adalah “MENGASIHI DENGAN TULUS”, Tuhan telah mengasihi kita terlebih dahulu dengan tulus maka kewajiban kita adalah membagikan kasih yang sudah kita terima kepada orang lain. Bayangkan dunia ini tanpa kasih? saat-saat ini saja kasih sudah mulai dilupakan oleh sebagian manusia yang mengaku berakal budi. Mengasihi tidak merugikan, sekalipun harus berbeda dengan dunia ini, maka lakukanlah, karena menjadi berbeda tidak pernah salah dan mengasihi akan selalu menyenangkan.

            Terima kasih untuk perjalanan yang luar biasa ditahun 2015 ....

            Selamat datang tahun yang baru ... 2016 ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar